Proses Jar Test
Jar test adalah suatu percobaan skala
laboratorium untuk menentukan kondisi operasi optimum pada proses pengolahan
air dan air limbah. Metode ini dapat menentukan nilai pH, variasi dalam penambahan
dosis koagulan atau polimer, pada skala laboratorium untuk memprediksi
kebutuhan pengolahan air yang sebenarnya.
Metode jar test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk
menghilangkan padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat-zat organik
yang dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau dan rasa. Jar test mensimulasikan
beberapa tipe pengadukan dan pengendapan yang terjadi di clarification plant
pada skala laboratorium. Jar test memiliki variable kecepatan
putar pengaduk yang dapat mengontrol energi yang diperlukan untuk proses.
Ada dua tahap proses dalam pengujian jar test. Jar test dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut floculator. Floculator adalah alat
yang digunakan untuk flokulasi. Berdasarkan cara kerjanya floculator dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu pneumatic, mechanic dan baffle. Floculator pada
dasarnya bertugas untuk melakukan pengadukan lambat supaya jangan sampai mikro
flok yang ada menggumpal (Anonim,2010).
Jar test memberikan data mengenai kondisi
optimum untuk parameter-parameter proses seperti :
a. Dosis koagulan
b. pH
c. Metode
pembubuhan bahan kimia
d. Kepekatan
larutan kimia
e. Waktu dan
intensitas pengadukkan cepat dan pengadukan lambat
f. Waktu
penjernihan
Sebagai contoh, jika Jartest dilakukan untuk menetukan dosis optimum
koagulan untuk air baku tertentu, kondisi proses berikut ini harus dibuat sama
pada semua tabung, yaitu :
a.
Contoh air baku
b.
Temperature
c.
pH
d.
konfigurasi motor
e.
konfigurasi tabung
f.
intensitas pencampuran
g.
periode pencampuran
h.
periode sedimen
(Masrun. 1987)
Tujuan
Uji Jartest
Uji jartest bertujuan untuk mengetahui dosis koagulan yang tepat
(optimum) untuk mengatasi kekeruhan pada air sampel.
Alat
dan Bahan Uji Jartest
- Alat
a)
Beakerglass 1000 ml 4 buah
b) Beakerglass 500 ml 1 buah
c)
Beakerglass 200ml 2 buah
d) Spatula
e)
Pipet 10 ml
f)
Bola hisap
g) Jerigen
h) Floculator
i)
Turbidimeter
j)
pH meter dan kertas lakmus
k) Neraca analitik
l)
Cawan
m) Sendok
n) ATK
2. Bahan
a) Kapur
b) PAC
c) Sampel air yang terdapat pada bekas galian tambang
d) Aquadest 90 %
e) Kertas Label
Langkah Kerja Uji Jartest
1.
Mengambil sampel air
2.
Menyiapkan alat dan bahan di
Laboraturium
3.
Membuat larutan PAC 2 % dan
kapur 2% dengan cara :
a.
Menimbang kapur sebanyak 2 gr
b.
Menimbang PAC sebanyak 2 gr
c.
Memasukkan kapur dan PAC yang
sudah ditimbang masing-masing pada beakerglass 200ml
d.
Menambahkan masing-masing 100ml
aquadest 90 %
e.
Menghomogenkan dengan cara
mengaduk
4.
Memasukkan air sampel ke
beakerglass 1000ml masing-masing u/ uji jartest
5.
Melakukan pengecekan pH sebelum
uji jartest
6.
Menambahkan larutan kapur 2% masing-masing
5ml kecuali pada control
7.
Memberi label
Control
I
II
III
IV
8.
Menambahkan larutan PAC 2%
Control =
0ml
I =
3ml
II =
6ml
IV =
12ml
9.
Hidupkan mesin floculator
Power = ON
Lampu = ON
Pengadukan =ON
Kecepatan = 100rpm selama 1 menit
300rpm selama 5 menit
10. Matikan mesin floculator
11. Diamkan selama 5 menit
12. Melakukan pengecekan pH setelah pengadukan
13. Melakukan pengecekan kekeruhan
14. Menghitung perbandingan dosis koagulan yang tepat
15. Mengulangi proses uji jartest sesuai dosis yang tepat
16. Menghitung efektifitas perbaikan kekeruhan
Hasil Uji Jartest
Tabel 1 Hasil Uji Jartest 1
Sampel
|
pH
Awal
|
Kekeruhan
Awal
(NTU)
|
Dosis
Koagulan
(ml)
|
pH
Sesudah
Uji
Jartest
|
Kekeruhan Sesudah Uji
Jartest
(NTU)
|
|
Kapur
|
PAC
|
|
Control
|
5
|
244
|
0
|
0
|
5
|
244
|
|
I
|
5
|
3
|
6
|
25,8
|
II
|
5
|
6
|
6
|
73,8
|
III
|
5
|
9
|
5
|
284
|
1V
|
5
|
12
|
4,5
|
275
|
|
Dari tabel
4.1 diatas dapat dilihat pada sampel III dan IV telah terjadi kejenuhan dimana
kekeruhan yang didapatkan setelah dilakukan uji jartest lebih tinggi dari
kekeruhan awal. Oleh karena itu, perbandingan dosis pada sampel III dan IV
tidak bisa dijadikan sebagai dosis efektif penambahan koagulan. Sedangkan pada sampel
I dan II, terlihat telah terjadi perbaikan kekeruhan dimana kekeruhan setelah
dilakukan uji jartest lebih rendah dibandingkan kekeruhan awal.
Pendekatan perbandingan dosis koagulan efektif
berdasarkan sampel I dan II ialah:
Kapur : PAC
2 : 1
Maka,
sesuai perbandingan dosis koagulan efektif, pada sampel I dosis larutan kapur
2% ditambah 1 ml dan pada sampel II dosis larutan kapus 2% ditambah 7 ml. Hasil
dari penyesuaian dosis koagulan efektif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2 Hasil Uji Jartest 2
Sampel
|
Dosis Koagulan
(ml)
|
pH
|
Kekeruhan
(NTU)
|
Kapur
|
PAC
|
I
|
6
|
3
|
6
|
16,7
|
II
|
12
|
6
|
6
|
23,7
|
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dihitung efektifitas perbaikan
kekeruhan air, yaitu:
Kekeruhan sampel I = seb - ses x 100%
seb
= 244 - 16,7 x 100%
244
= 93.16 %
Kekeruhan sampel II = seb - ses x 100%
seb
= 244 - 23,7 x 100%
244
= 90,28 %
Kesimpulan
1.
Jar test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi operasi
optimum pada proses pengolahan air dan air limbah. Metode ini dapat menentukan
nilai ph, variasi dalam penambahan dosis koagulan atau polimer, pada skala
laboratorium untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang sebenarnya.
2.
Tingkat
keasaman (ph) sampel air yaitu 5
3.
Tingkat
kekeruhan sampel air 224 NTU
4.
Jenis
koagulan yang digunakan Kapur 2% dan PAC 2%
5.
Dosis
koagulan yang tepat dan efektif 6 ml kapur 2% dan 3 ml PAC 2% dalam 1000 ml air
Saran
1.
Gunakanlah
metode Jartest untuk menentukan dosis koagulan optimum dalam proses perbaikan
kekeruhan air
2.
Perhatikan
tingkat kekeruhan air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih dan air minum
Semoga Bermanfaat :)